Kamis, 11 Februari 2010

Saddharma Pundarika Sutta

Putra yang menyalin Saddharma Pundarika Sutta

Share

Saturday, September 19, 2009 at 2:25am

Hari ini, saya akan menceritakan sebuah cerita tentang seorang anak yang menyalin Saddharma Pundarika Sutra. Mungkin beberapa diantara anggota sudah mengetahui tentang cerita ini. Pada suatu masa di China, terdapatlah seorang yang sangat piawai dalam penulisan kaligrafi, orang itu bernama Wolung. Beliau mempunyai reputasi yang luar biasa, dan merupakan seorang kaligrafer yang terbaik di China saat itu, dan telah menyalin banyak karakter dari buku Kongfucu dan puisi. Tetapi Wolung sangat membenci ajaran Buddha, sehingga Ia tidak mau menyalin Sutra apapun. Beliau tidak pernah menyalin bagian apapun dari Sutra Buddha selama hidupnya. Ketika ia mengalami sakit keras dan mengetahui bahwa hidupnya akan berakhir, Ia memanggil putranya, setelah putranya Yilung duduk disamping tempat tidurnya dan berkata, “Kamu adalah putraku. Kamu adalah seorang Kaligrafer yang lebih baik dari aku. Berjanjilah padaKu bahwa kamu harus lebih sukses dari aku dan tidak pernah berhenti. Tetapi ingatlah akan hal ini – meskipun ketika kamu mendapat kesulitan yang sangat besar sekalipun, jangan pernah menyalin Saddharma Pundarika Sutra. Ini adalah permintaan dariku.” Setelah Wolung mengucapkan kata-kata terakhirnya. Darah segar mulai keluar dari mata, telinga, hidung, mulut dan seluruh tubuhnya, sama seperti air mancur. Lidahnya terbelah menjadi delapan bagian, dan badannya terpotongnya menjadi bagian-bagian kecil dan berserakan. Putranya dan kerabatnya sangat terkejut melihat pemandangan seperti itu, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa Wolung telah terjatuh ke dalam neraka.

Pada suatu hari, Kaisar yang percaya kepada ajaran Buddha memanggil Yilung dan berkata, “Kamu adalah seorang kaligrafer yang terbaik di China. Saya memberikan perintah kepadamu untuk menyalin Saddharma Pundarika Sutra.” Yilung berkata, “Saya sangat senang menerima perintah darimu untuk apa saja, tetapi saya tidak dapat menyalin Saddharma Pundarika Sutra. Ini adalah permintaan dari Ayah saya sebelum kematiannya untuk tidak menyalinnya. Harap memaafkanku.”

Yilung tidak ingin berbuat tidak hormat, tetapi Ia tidak dapat menemukan jalan untuk menolak permintaan dari Kaisar. Melihat tidak ada jalan lain. Yilung mematuhi perintah itu, menyalin hanya judul dari Saddharma Pundarika Sutra dan mempersembahkannya kepada Kaisar. Ketika Ia kembali ke rumah, Ia mengunjungi makam ayahnya dan mulai menangis. “Aku tidak dapat menolak permintaan Kaisar. Aku telah melanggar permintaanmu. Aku menyalin judul dari Saddharma Pundarika Sutra.” Yilung berdiam di makam ayahnya tanpa makan selama tiga hari.

Pada suatu pagi di hari ketiga. Ia mendapatkan sebuah mimpi. Melihat ke atas langit, Ia mendengarkan suara dari langit, “Aku ayahmu, Wolung. Aku telah terjatuh kedalam neraka. Sebab Aku membenci ajaran Buddha, aku telah menjadi musuh dari Saddharma Pundarika Sutra selama hidupku sebagai manusia. Aku mendapatkan siksaan yang mana lidahku bagaikan dicabut dan ditusuk oleh ribuan jarum. Hal itu terjadi ribuan kali setiap hari. Aku telah meninggal dan dihidupkan lagi tak terhingga jumlahnya. Aku melihat keatas langit, badanku yang letih dan meratapi keadaanku, tetapi tidak ada sesuatupun yang dapat aku lakukan. Aku ingin memberitahu seseorang tentang ini, tetapi tidak dapat melakukannya. Ketika kamu berkata, “Aku tidak dapat menyalin Saddharma Pundarika Sutra, sesuai dengan permintaan ayahku, kata-kata itu turun dari langit bagaikan nyala api dan membakar tubuhku, kata-kata itu menjadi pedang dan jatuh dari langit mengenai diriku. Aku tidak dapat menyalahkan siapapun kecuali diri sendiri, siksaan ini adalah benih yang telah aku taburkan dalam hidupku.” Kemudian seorang Buddha dengan tubuh keemasan muncul di neraka. Buddha itu berkata, “Betapapun karma buruk yang telah Ia buat, jika Ia dapat mendengarkan hanya sekali Saddharma Pundarika Sutra, maka Ia akan segera akan mencapai Penerangan Agung. Ketika Buddha itu masuk ke dalam neraka, siksaan yang ku alami menjadi berkurang, bagaikan turunnya hujan ke dalam nyala api.” Dan aku bertanya kepada Buddha itu dengan sikap anjali (Gassho ), “Dapatkah kamu memberitahukan saya, siapa nama Mu ?” Buddha itu berkata,”Saya adalah Myo, salah satu karakter dari judul Saddharma Pundarika Sutra, MYO-HO-Ren-Ge-Kyo. Dimana putramu, Yilung telah menyalinnya. Setiap karakter China dari judul Saddharma Pundarika Sutra itu mewakili atau mencermin seorang Buddha. Mendengar hal ini, Yilung sangat terkejut, tetapi Ia tetap berada dalam ketidakpercayaan dan kembali bertanya, “Aku menyalin Saddharma Pundarika Sutra dengan tanganku. Tetapi kenapa hal ini dapat menyelamatkan ayah dari hanya satu perbuatan ini ? Selain itu, Aku tidak menyalinnya secara lengkap. Ayahnya menjawab,” Tidakkah kamu mengerti ? tanganmu adalah tanganku. Badanmu adalah badanku. Jadi setiap karakter kata yang kamu salin, aku juga telah menyalinnya. Meskipun kamu tidak percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra, Aku telah diselamatkan dari neraka karena kamu menyalin Saddharma Pundarika Sutra dengan tanganmu. Ini sama halnya dengan seorang anak kecil yang bermain dengan korek api dan membakar sesuatu tanpa ia berniat melakukannya. Kamu menyalin Saddharma Pundarika Sutra sama seperti itu. Kamu harus mengingat hal ini dalam pikiranmu, dan jangan pernah lagi memfitnah Saddharma Pundarika Sutra.” Mimpi itu adalah tanda sebuah harapan baginya, adalah baik untuk Yilung, dan pada akhirnya percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra.

Cerita ini terdapat dalam gosho Nichiren Daishonin “Surat Balasan Kepada Ueno Ama Gozen.” Ini mengajarkan kepada kita bahwa kita mendapat kebajikan yang tak terhingga dari menyalin Saddharma Pundarika Sutra. Didalam Saddharma Pundarika Sutra, kita sering melihat kata-kata ini, “Kamu harus “Menjaga / Mempertahankan” (Juji), “Membaca” (Doku), “Mengingat / Melafalkan” (Ju), “Membabarkan” (Gesetsu), dan “Menyalin” (Shosha) sutra ini.” Pelaksanaan ini disebut Lima Jenis Pelaksanaan bagi Guru Dharma (Goshu Fashi) dan ini adalah dasar hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra. Ini mengajarkan kepada kita, jika kita percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra, menerima Odaimoku Namu Myoho Renge Kyo, membacanya dengan badan dan pikiran, membabarkan inti dari Sutra dan menyalin Sutra ini, kita melaksanakan dengan sikap anjali (Gassho), ini mencerminkan sikap dari seorang Buddha dan pikiran Penerangan Buddha. Ini berarti Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran Sokushin Jobutsu (mencapai KeBuddhaan dalam kehidupan kali ini)

Secara formal Saddharma Pundarika Sutra disebut Saddharma Pundarika Sutra, Hukum yang luar biasa. Saddharma Pundarika Sutra dibandingkan dengan Bunga Teratai karena Bunga Teratai mempunyai bunga dan buah sekaligus dalam waktu yang bersamaan, dan Buah KeBuddhaan akan segera muncul setelah bunga Hati Kepercayaan berkembang.